Berkunjung ke kota Jogja rasanya belum lengkap bila kita belum mengunjungi Taman Sari. Taman yang dibangun pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubowono I dengan bangunan yang terbuat dari bata merah ditumbuk pasir, tanpa besi dan semen, sebagai perekatnya adalah kapur. Bangunan nan eksotis ini digunakan hingga masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubowono III.
Agus Priharjono yang merupakan freelance guide menceritakan kepada KOPI, Kamis( 24/9), bahwa Taman Sari ini merupakan tempat beristirahatSumur Gumuling merupakan Tempat Wudhu menggambarkan 5 Rukun Islam dan rekreasi keluarga raja, bangunan yang mengawinkan beberapa unsur keagamaan Hindu, Budha dan Islam. Berkesempatan mengelilingi komplek Taman Sari, Agus berkisah bahwa Sultan ketika berkunjung ke sini (Taman Sari-Red) selalu masuk dari pintu sebelah barat. Selain itu ada juga bangunan yang tidak boleh dilewatkan yaitu Istana Air, disini kita dapat menjumpai bangunan mesjid yang berada dibawah air pada waktu itu. Mesjid ini berbentuk bundaran yang letaknya dikelilingi danau.
Selayaknya mesjid pada umumnya mesjid yang merupakan tempat raja beserta keluarganya beribadah ini pun terdapat tempat untuk berwudhu. Uniknya tempat berwudhu ini dilengkapi tiang berdisain lima tangga yang menggambarkan rukun Islam. Jelas Agus.
Selama berada di Taman Sari tidak hanya warga Jogja saja namun terlihat beberpa wisatawan lokal maupun mancanegara. Pasangan turis mancanegara yang berasal dari Jerman, Pattrik dan Angelin mengaku mengenal objek wisata Taman Sari dari buku panduan wisata yang Pattrick dan Angeline Wisatawan Asal Jerman berbahasa Jerman. Kepada KOPI, keduanya merasa berkesan dengan suasana dan lokasi Taman Sari. Diakhir pembicaraan, “Mereka berharap agar objek wisata Taman Sari dengan menambahkan air pada kolam, pemandian, dan tempat-tempat lainnya agar dapat mendeskripsikan keadaan sebenarnya pada zaman dahulu,” Imbuhnya.
Selain itu mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Perbandingan Madzhab, Melisa Huswatun Hasanah asal Surabaya, berharap agar beberapa fasilitas yang ada dapat diperbaiki serta ada guide resmi berpenampilan adat Jogja yang siap sedia di beberapa titik strategis, karena kita (wisatawan-red) merasa kebingungan tidak ada penunjuk arah apabila ingin ke Istana Air, Kolam atau tempat-tempat lainnya yang berada dikomplek ini ungkap gadis kelahiran 1996 ini.(tia, pewarta-indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar